Menikmati Sekertaris Cantik Ditempat Kerja

0


Aku bekerja di sebuah perusahaan swasta yang sedang naik daun, tepatnya di sebuah bank swasta. Tak kuduga, sekretaris baruku itu memang bukan saja masih perawan, Bodinya yang montok dan parasnya yang cantik, dengan kulit putih bersih. Aku tepikat dengan wajahnya dan tubuhnya yang seperti model Sexy


Ketika sedang istirahat aku masuk kedalam kantor sekertarisku untuk mengodanya. Aku memandagi pahanya yang mulus banget putih lagi, aku mulai mencoba mendekatinya dan mengelus lembut pahanya, sambil menyendekan kepalaku dilengannya, dia hanya diam dan menikmati elusan tanganku


Kupikir tak apa, Dia malah senang kan, lalu aku menghadap kesamping melihat belahan dadanya yang nampak karena bajunya tidak dikancing atasnya, Aku berasa semakin terguncang untuk meremas toketnya yang besar. Gejolak birahiku pun membara


“Rina?” kataku pelan ditelinganya.

“Iyah pak?” Rina menjawab manis, sambil melirikku.

“Kamu manis sekali, ditambah lagi tubuh kamu bagus dan putih” Dia mencubit pahaku sambil tersenyum manja, lalu kuelus2 bagian atas pahanya dan bagian bawah pahanya

“Ihh sih bapak, Tangannya nakal”, sambil mencubit sekali lagi pahaku.


Segera kukunci pintu kantor, Aku dan Rina duduk berhadapan. Kukecup Pipinya, kuhisap2 daun telinganya menggelinjang geli. Kulumat bibir manisnya itu, dia terpejam manja dan ketika bibir kami bersentuhan dan kuulurkan lidahku ke bibirnya, ternyata dia langsung menyedot dan melumat lidahku dalam-dalam.


“Ooohhgghh, Paakk!”, Rina mulai terangsang dan semakain ganas, Aku langsung meberikan aba2 untuk berdiri dan duduk dipangkuaanku, Rina Menurut dan duduk dipangkuanku dengan posisi rok sudah tersingkap sampai kepinggangnya, kemaluanku bergesekan dengan selangkangannya dan bau harum parfumnya semakin merangsang nafsuku.


“Bapak Emang bener2 nakall banget!” Katanya membuka bajunya kancing demi kancing terus melumat bibirku.

“Iyah Abisnya kamu menggoda banget sih” Aku masih terengah-engah menahan nafsuku yang membara, kemaluanku semakin menegang menggesek selangkangannya.

“Bukainin dulu yah pakaiannya biar makin puas ngapain2nya” katnaya sambil melepaskan semua pakaiannya dan branya lalu roknya tetap digantung dipinggangnya dan cd sudah terlepas.


Aku Terkagum2 dengan lekuk tubuhnya yang sexy dipadu dengan payudara besar montok dan memek yang mulus tak berbulu, aku sruuh dia membukaan resletingku dan menurunkan celanaku sendiri. Lalu dia bergerak mengerayagi tubuhku


Karena sudah sama-sama ngebet, kami saling membukakan pakaian dan setelah T-Shirt-nya kulepas, terlihat sepasang gunung menyembul putih, dan mulus sekali. Kami berpandangan setelah tak selembar benang pun menempel. Kudekap Rina yang mulus, putih, harum itu, kujilati semuanya sambil berdiri, sementara kemaluanku sudah tegang memerah, Rina mulai meraba dan meremas batang kemaluanku. Kutelentangkan dia di Sofa.


Pinggulnya yang montok, buah dadanya yang putih kencang dengan puting merona merah dan kemaluannya yang dijalari rambut kemaluan yang tidak terlalu lebat jelas menampakkan bentuknya yang sempurna, dan kelentit yang merah terlihat dan belum menonjol keluar karena memang Rina masih perawan.


Aku mengarah langsung kebawahnya. Kumainkan lidahku di antara selangkangannya, Rina melenguh, terus kukulum-kulum kemaluannya, klitorisnya yang merah dan beraroma harum, tambah lama tambah merambah ke dalam lubang kemaluannya yang merah.


“Ogghh, Gellii Paak!!, terusss Pakk!, ogghh, Lebih Dalaamm Pakk!… saakiiit.”

“Iyahh sayang Klintir kamu udah keras, kamu sange banget yah” sambil terus lidah dan mulutku mengulum kemaluan dan kelentitnya yang mulai terasa agak asin karena cairan kemaluan Rina mulai keluar.

“Ogghh, Paakkk…, adduuhh, Paakkk, gelii, Pakkkkk, Udah sammppeee” Aku terus menjilati seluruh kemaluannya dengan membabi buta, kuhirup seluruh cairannya yang wangi itu, sekali-kali lubang pantatnya kujilati dan Rina menggelinjang dan merintih setiap kali kujilat pantatnya.


Penisku semakin tegang dan keras, urat-uratnya terlihat jelas menegang, Aku ingin memuaskan Rina yang tentunya akan membuatnya semakin terasa nikmat


“Paakkkkk, eemmggghh.., teruss… Paakkkk, geellii…, oooggghh…,” aku masih saja terus melumat, menggigit-gigit kecil lubang kemaluan dan klitorisnya yang merah dan beraroma wangi, dan pantat Rina semakin cepat naik turun sepertinya mau agar lidahku semakin masuk ke lubang kemaluannya.


“Paakkkk, naik Paakkkk, udaahh donnkk, Akuu nggak tahaan lagii”,


Matanya Sayu dan merem melek, tanganya Rina sibuk meremas2 payudaranya yang besar dan sekel. Aku menaiki badannya dan penisku yang sudah keras terasa menggesek bulu kemaluannya dan menempel hangat disela-sela kemaluannya yang semakin basah oleh ludahku dan cairan vaginanya. Kuremas dan kuhisap buah dadanya, kukulum puting susunya yang merah muda. Rina menggelinjang dan semakin melenguh.


“Raa? Masukin yah kontol Bapak? Udah nggak tahan nih”, dia mengangguk sambil tetap terpejam. Kubidikan penisku yang sudah keras itu kelubang kemaluannya, Rina masih perawan rupanya,


“Paaakkk, masukkaan cepatt… Rina nggak tahan Paakkkkk aahh…” Kutancapkan penisku lebih dalam, Rina merintih nikmat, pantatku naik turun untuk mencari lubang kemaluannya yang masih belum tertembus penis itu, Rina terus menggoyangkan pantatnya naik turun sambil terus merintih..


“Rina, kontol saya udahh masuukk, oogghh Rina, memeknya menyedot-nyedottt. .kontol” aku mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa, karena Rina masih perawan,


Kontolku tambah melesak jauh ke dalam vagina Rina dan ada beberapa tetes darah perawannya menetes,


“Paakkkk, saakkiitt, Paakkkkk, tapi enaak, oooggghh.. Paakkkk, terus, goyang paahh…, oooghh, cepeetiinn paakkkkk…” Aku semakin mempercepat goyangan pantatku naik turun dan penisku sudah bisa masuk semuanya ke lubang kemaluan Rina.

Penisku terus menancap di vaginanya dan Rina mulai menaik-turunkan pantatnya.


“Paakkk, oggghh… pakkkk”, sambil melumat bibirku dan menggigitnya.

“Rinaaa,oogghh, aememmhh… maahh, goyang terusss…, Baaapaakk mau keluarrrr.” Rina semakin beraksi menaik turunkan pinggulnya yang bahenol dan putih bersih dan aku pun meladeninya dengan menaik-turunkan pantat dan penisku semakin kencang juga.

“Pppaakkkkk… Pakkkk teruuss…Aahhcckk Aahhhkk eenakk”, desah nafasnya yang semakin ngos-ngosan.

“Rinaaaa… emmhhggg, sayang”, manjanya.

“Paakkkkk… oogghh… emmgghh… Rina mauuu… keluaarrr… oomhh.” “Bapakkk.. jugaa… sayanggg…. “jawabku sambil telentang sedangkan Rina tetap nongkrong berada di atas badanku dan vagina serta pantatnya naik turun semakin cepat melumat habis batang penisku.

“Paakkkk… Raaraaa… oooghh… sssakittt, oooggghh… tapiii.. ennaakk”, ketika kubalikkan badannya dan kutancapkan penisku dari belakang.


Kugenjot terus penisku keluar masuk lubang kemaluannya sambil kuremas-remas pinggulnya yang mulus dan montok seperti gitar itu, Rina semakin merintih, aku juga semakin tersengal-sengal menahan nafasku dan penisku yang semakin liar. Waktu sudah berjalan sekitar 30 menit. Kuat juga pikirku,


“Terruusss.. . Paakkkkkk… eemmhh… ogghh… Paakkkk… Paakkkkk, ggghh… Rina maaooo keluaarr… oogghh… bareng Pakkkkk.” Kucabut dulu penisku dan Rina kuminta untuk telentang kembali dan aku menlesakan penisku dalam2 didalam memeknya yang sudah becek


Kutancapkan kembali penisku ke vaginanya yang terlihat semakin memerah, kujilati dulu lendir-lendir di kemaluannya sampai lumat dan kutelan dengan nikmat. Dia menggeliat,


“Cepat dong masukan lagi penisnya Pakkkk!” dan,

“Bbbleess”, oh nikmat sekali rasanya. dan kami berdua serempak berteriak dan mengejang,


“Paakkkkk… Rina…. oogghh… mauuu keluuuarrr.. . ogghh… baarrrreeengg. .. yuuu…, oooghh… sayaang.” Kami sama-sama mengejang, mengerang, merengkuh apa pun yang bisa direngkuh, sebuah klimaks keluar


“Paakkk…, gelliii… sayaang… oooggghh, Paakkkk…, naikin Rina…. Paahh…” Matanya merem melek dan dadanya semakin turun naik.

“Iyyaa, yaanng…” aku segera menindihi badannya, dan penisku mulai kembali tegang.


Tiba-tiba Rina membalikkan badannya dan mendadak merenggangkan kedua kakiku. Tak sampai satu menit, Rina sudah mengulum penisku yang semakin mengeras dan mengkilat kepalanya sampai batangnya amblas semua ke dalam mulutnya.


“Oogghh, Paakkkk, sudah assiiinnn, tapi nikmat kok, Rina suka?” Aku semakin merem melek,

“Ogghh, Mmaaaaa, geellii, sayaang, nikmaatt, ogghh.” Rina mengenyot biji pelirku dan menggigit-gigit sayang, hingga aku menggelinjang geli dan nikmat.


Rina memang pintar, hebat, telaten dan cantik. Aku terkadang tak suka dan tak rela dia nanti ditiduri dan dijamah lelaki lain, walaupun itu suaminya. Aku terpikir untuk menggodanya.


Rina mengangkat sedikit pantatnya ke atas dan menyelipkan penisku yang semakin perkasa ke lubang kemaluannya yang mulai basah dan licin. Penisku nggak begitu panjang memang, tapi kerasnya seperti besi, dan Rina selalu menikmati klimaks dengan sangat bahagia bahkan bisa berkali-kali klimaks dalam setiap kali berhubungan denganku. Pantatnya mulai bekerja naik turun dan pantatku juga mengimbanginya dengan menekan-nekan ke atas, sehingga Rina semakin merem melek keasyikan.


“Ppaakkkkk, aagggghh… terus teken sayaang… Rina eennnaakk adduuhh Paakkkk.., oogghh.., Rina,, Aahhckk.. yaangg…”

memeknya mulai lagi menyedot-nyedot penisku dengan “empot ayamnya” yang tak bisa kulupakan.


“mmaahh…. ooogghh… aduuhh, Maahh, nikmaat, sayaang.. teruuuss Maahh, goyaanng.” Aku mulai merasakan kenikmatan yang luar biasa.


Kuremas-remas buah dada dan putingnya, hingga dia kegelian dan semakin kencang menaik-turunkan pantatnya, sampai bunyi gesekan penis dan vaginanya semakin terdengar. Rina membalikkan badannya dan membelakangiku tapi dengan posisi tetap di atas tubuhku tanpa mengeluarkan penisku dari kemaluannya. Aku paling bernafsu kalau melihat pantat Rina yang putih mulus dan bahenol turun naik di depan mataku sambil vaginanya terus menghisap-hisap batang penisku sampai amblas semuanya ke dasar kemaluannya. Tiba-tiba,


“Pppaakkkk, oggghh, Pakkkkk, Rinaa, maooo keluaarr…. ooghh… Pakkkkk… aa.. aa… aagghh aaggghh, Rina duluaannn Pakkkk….” Rina terkulai lemas sambil menyubit keras pantatku dan berbalik kembali menindih tubuhku, sambil memegang penisku yang masih berdiri tegak dan belepotan lendirnya.

“Bandel nich… ayo cepeten masukin lagi, Rina yang di bawah!”


Kubalikkan tubuhnya, kujilati dengan kulumat lendir-lendir di vaginanya, kujilat, kugigit sayang klitoris dan vaginanya, dia menggelinjang kegelian. Kutelan semua lendir Rina sementara itu penisku masih berdiri tegak.


“Cepat masukin penisnya sayang, Rina udahh ngak kuat lagii, lemas,”, rancaunya, kumasukkan lagi penisku, aduh ternyata lubang vaginanya menyempit kering lagi, menambah nikmat terasa di penisku.

“Rinaaaa, eennaak… Rinaaaa, oogghh, sempit lagi Maahh…” sambil terus kutekan ke atas dan ke bawah penisku.


Aku sedikit mengangkat badanku tanpa mencabut penisku yang terbenam penuh di vagina Rina, kemudian kaki kanan Rina kuangkat ke atas dan aku duduk setengah badan dengan tumpuan kedua dengkulku. Rina memiringkan sedikit badannya dengan posisi kaki kanannya kuangkat ke atas. Dengan posisi demikian, kusodok terus penisku ke luar dan ke dalam lubang vaginanya yang merah basah. Rina mulai melenguh kembali dan aku semakin bernafsu menusukkan penisku sampai dasar vaginanya.


“Ooggghh, Rina, ooogghh.. nikmat sekali sayang”, lenguhku sambil memejamkan mataku merasakan kenikmatan vagina Rina yang menyut-menyut dan menyedot-nyedot.

“Paakkkk.. Rina enaak lagi, ooogghh… Paakkk”, dia mulai melenguh lagi keenakan.


Aku semakin bersemangat menusukkan penisku yang semakin tegang dan rasanya air maniku sudah naik ke ujung penisku untuk kusemburkan di dalam kemaluan Rina yang hangat membara. supaya penisku bisa kutusukkan ke vaginanya dari belakang sambil melihat pinggul dan pantatnya yang putih dan indah. Dalam posisi senggama menungging begitu,


“Paakkkk… teruuuss genjoott.. Paakkk…” Rina mulai mengerang lagi keenakan dan pantatnya semakin mundur maju sehingga lubang vaginanya terlihat jelas melahap semua batang penisku.

“Blleesss, shhoottt… bleesss… srooottt, sreett crreeckkk… ” gesekan penisku dan vaginanya semakin asyik terdengar


“Rinaaaa, ooggghh… adduuuhh, Yaangg… emghh, Bapakk enaakk, ooghh!” aku tergoncang-goncang dan dengkulku semakin lemas menahan kenikmatan dan nafsuku yang semakin menggelegak.



Posting Komentar

0 Komentar
Posting Komentar (0)
To Top